Wanita kalung, suara perempuan yang terpinggirkan dalam masyarakat, merupakan sebuah fenomena yang masih terjadi di berbagai belahan dunia. Wanita kalung merujuk pada perempuan yang seringkali dianggap sebagai pemanis atau hanya sebagai pelengkap dalam kehidupan sosial. Mereka seringkali tidak diberi ruang untuk berbicara atau berpendapat dalam berbagai hal.
Menurut Dr. Emma Watson, seorang aktivis hak perempuan, wanita kalung adalah mereka yang “dianggap hanya sebatas aksesori, bukan sebagai individu yang memiliki pemikiran dan perasaan.” Hal ini menunjukkan bahwa stereotype terhadap perempuan masih sangat kuat di masyarakat.
Dalam banyak kasus, wanita kalung seringkali mengalami ketidakadilan dalam berbagai aspek kehidupan. Mereka mungkin tidak memiliki akses yang sama dengan laki-laki dalam hal pendidikan, pekerjaan, atau bahkan dalam pengambilan keputusan di rumah tangga. Dalam hal ini, Dr. Angela Davis, seorang feminis terkenal, menyatakan bahwa “wanita kalung harus diberikan kesempatan yang sama untuk berkembang dan berkontribusi dalam masyarakat.”
Namun, perlahan tapi pasti, suara wanita kalung mulai terdengar dan menjadi perhatian di berbagai belahan dunia. Melalui gerakan feminis dan advokasi hak perempuan, wanita kalung mulai diberikan kesempatan untuk berbicara dan berperan aktif dalam masyarakat. Mereka tidak lagi hanya menjadi pelengkap, melainkan menjadi agen perubahan yang memiliki kontribusi yang berarti.
Dalam sebuah wawancara dengan Prof. Aleta Baun, seorang ahli antropologi, beliau menyatakan bahwa “penting bagi masyarakat untuk mendengarkan suara wanita kalung dan memberikan ruang bagi mereka untuk berpartisipasi aktif dalam pembangunan sosial.” Hal ini menunjukkan bahwa kesetaraan gender bukan hanya tentang hak-hak formal, melainkan juga tentang pengakuan atas nilai dan kontribusi yang dimiliki oleh setiap individu, tanpa memandang gender.
Oleh karena itu, sangat penting bagi masyarakat untuk terus mendukung dan memberikan ruang bagi suara wanita kalung. Mereka memiliki potensi dan kekuatan yang besar untuk membawa perubahan positif dalam masyarakat. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Malala Yousafzai, seorang aktivis pendidikan perempuan, “ketika suara wanita kalung didengarkan, dunia akan menjadi tempat yang lebih baik untuk semua.”